lalu bagaimanakah sikap pasukan muslim saat itu? menyerah?? marah pada Allah?? atau bahkan menyesali keislaman yg telah dianutnya? walau orang disekitar mereka yang ada penyakit didalam hati mereka, selalu menggunjing dan menemooh.
jelas seorang muslim sejati akan mengatakan tidak.. kami tidak akan menyesali keimanan dan ketaqwaan yang sudah kami jalankan.
lihatlah jawaban umar ketika diejek oleh abu Sufyan dalam kekalahan perang tsb.
"Sesungguhnya kematian kami dalam perang akan mengantarkan kami ke Surga, sedangkan kematian kalian akan mengantarkan kalian ke neraka. sesungguhnya Allah sebaik-baiknya pelindung".
Masalah itu datang kepada manusia setiap hari, yang menjadikan dia kuat bukan dilihat dari seberapa besar dan seberapa berat masalahnya. melainkan dari cara dia menghadapi masalah tersebut. mau menyerah dan pasrah atau menganggapnya sebagai sebuah titik tolak untuk terus berkembang.
dimensi keimanan yang hadir dalam setiap jiwa muslim, akan selalu menjadikannya kuat dan berbeda dari kebanyakan manusia, karena ia menghadirkan Allah dalam hatinya.
*taujih sore yang menggelora disambung dengan merujuk pustaka yang telah disampaikan akan membuatnya semakin luar biasa.
#edisibacaTarikh
"dimensi keimanan yang hadir dalam setiap jiwa muslim, akan selalu menjadikannya kuat dan berbeda dari kebanyakan manusia, karena ia menghadirkan Allah dalam hatinya"
ReplyDelete#sepakatYakin :)