"bukan, saya ini lulusan SMA Negeri kok"
"gak percaya, mas'e ngapusi"
"bukan, saya ini lulusan SMA negeri" dengan suara yang lebih persuasif
"aah... Ngaku aja mas.."
"doh.." *tepok jidat
entah kenapa pertanyaan ini berulang-ulang dari beberapa teman yang baru dikenal di berbagai tempat dan kesempatan. Saya sendiri juga heran kenapa pertanyaan ini tak habis jatahnya, dan selalu harus menjelaskan dari awal... "saya bukan lulusan gontor, dan tidak pernah mengenyam pendidikan di sana".
di belahan bumi lain, ketika bertemu dengan teman-teman yang lulusan gontor atau setidaknya pernah mengenyam pendidikan pesantren. pertanyaan yang timbul beda versi tapi substansinya sama.
"antum, khirij min ma'had?"
"ogak, ane lulusan SMA Negeri"
"Mosok? antum gontor berapa??"
"bukaan... saya bukan anak Gontor" dengan nada memaksa...
sampai tulisan ini dirilis, saya belum menemukan jawaban pasti, kenapa beberapa orang menganggap saya sebagai lulusan gontor... *fyuh...
mungkin karena beberapa ustadz yang pernah mengajari, dan cukup dekat secara psikologis adalah lulusan gontor, jadi warna pendidikannya mempengaruhi keadaan saya hari ini...
*hanya sebuah renungan singkat yang tiba-tiba hadir bergitu saja di kepala...
0 komentar:
Post a Comment