"maksudnya saya?" sambil tengak-tengok bingung.
"iya ustadz, silakan jadi Imam"
dan akhirnya tak ada pilihan lain selain mengiyakan permintaan mereka, karena pak kyai pengasuh pondok sedang tak ada di tempat. sebenarnya saya belum pantas untuk mengimami di pondok pesantren ini, hafalan saya masih sedikit dibandingkan santri di sini.
sepenggal kisah di rumah tahfidz al-mumtaz pathuk, gunung kidul. walau cuma sehari berkumpul dengan anak-anak penghafal al-Qur'an menghadirkan nuansa tersendiri. Nuansa khas pesantren, yang sederhana, tapi ada banyak mimpi yang terukir di sana. satu kamar kecil untuk beberapa orang, tidur jam 11 malem, jam 3 sudah dibangunkan untuk shalat malam. jangan bayangkan yang dinamakan kamar itu adalah bangunan bertembok, ada kasur dengan ranjang yang nyaman, serta fasilitas lainnya. ini hanya sebuah bangunan semi permanen, dengan bambu sebagai tiangnya, temboknya hanya satu meter saja sisanya adalah papan kayu nan sederhana.
sepenggal hikmahnya adalah "Bersyukurlah dalam keadaan apapun, karena segala sesuatu akan bermakna bukan dilihat dari besar kecil materi yang didapat, tapi dari sikap kita terhadap apa yang diberikan, mau bersyukur atau kufur."
0 komentar:
Post a Comment