Skill pertama yang ane pelajari dan ane kuasai adalah kelistrikan dengan mengorbankan lampu belajar yang beberapa bulan sebelumnya baru dibelikan. selanjutnya skill mecah kayu pake kapak, skill memaku dan memalu, skill nyembelih unggas dan kambing, skill memasak, mengepel, benerin genteng, manjat pohon. dll. pun dengan semua yang sudah dipelajari, gak mungkin bisa menyelesaikan beberapa hal, karena pekerjaannya emang harus manggil tukang. tapi setidaknya ya bisa ngurangi dari keseringan manggil tukang, dan mencoba menjadi anak baik. dari keadaan di rumah yang demikian mau gak mau harus jadi orang yang peka terhadap permasalahan di rumah.. itu baru masalah yang bisa dilihat, masalah yang gak bisa dilihat biasanya lebih banyak, dan lebih banyak menyedot energi untuk berpikir.
Ketika masuk kehidupan asrama di Jogja, keadaannya pun hampir sama. Asrama besar dengan cuma ada satu cleaning service yang juga nanggung gedung ruko yang segede itu. praktis gak bisa sepenuhnya ngandelin mas Dul buat menyelesaikan semuanya, pun gak semua masalah yang berbau fisik di asrama bisa diselesaikannya.
Beda orang, beda daerah, beda keluarga, beda Sikap..
perbedaan latar belakang para penghuni asrama memang memberikan sebuah hal yang unik, tak pelak gesekan, konflik, ketidaksamaan pandangan pun muncul, bahkan ada yang sampai mau gelut.. #haha.
pun dalam hal ketidakberesan yang kadang-kadang muncul di asrama. mulai dari pompa air mati yang berakibat pada semua penghuni asrama yang gak dapet air seharian yang penyikapannya pun beragam. ada yang kabur dari masalah, ada yang pura-pura tidak tahu, dan sedikit yang peduli untuk coba memecahkan masalah dan mencari solusi.
hampir 4 tahun di asrama, dua tahun jadi peserta dan dua tahun jadi pendamping. trendnya sama.. ketidakpekaan dan ketidakpedulian terhadap masalah yang timbul di asrama masih menjadi hal yang dominan. dan bagi saya ini hal yang kadang buat tak habis pikir. dan sering nyletuk "kalian ini ngaku aktivis dakwah, agent of change, mau ngerubah indonesia dan peradaban..sama hal-hal kecil saja kalian gak beres."
Contoh paling teranyar adalah masalah matinya speaker bagian dalam, ini untuk yang kedua kalinya ketika saya jadi pendamping. kejadian pertama saat bulan ramadhan, sudah dikasih tahu, dan cara betulinnya gini dan gini. tetep saja gak dikerjakan.. sampe ustadz bilang "di sini ada dua puluh calon sarjana, tapi untuk urusan membenarkan speaker saja tidak bisa". pagi harinya saya check katanya sudah dibenerin tapi tetep gak bisa.. "udah ane benerin mas, tapi tetep gak bisa".
#glubrak... Celetukan ustadz bagi ane sudah menyindir paling keras, akhirnya kerjain sendiri dan berhasil.. "di sini ada mahasiswa teknik, MIPA, dan eksak lainnya.. tapi kok yang benerin malah mahasiswa Sastra Arab"
#glubrak... Celetukan ustadz bagi ane sudah menyindir paling keras, akhirnya kerjain sendiri dan berhasil.. "di sini ada mahasiswa teknik, MIPA, dan eksak lainnya.. tapi kok yang benerin malah mahasiswa Sastra Arab"
kejadian kedua pun berakhir sama, sudah tiga minggu speaker masjid bagian dalam mati, tapi tak ada satupun yang peka untuk memperbaiki. hanya ada yang lapor saja "mas, speakernya mati".
So.. Bro buat elu yang ngerasa laki-laki, life skill dalam hal-hal kek gini itu dasar banget dan semua orang juga bisa melajarin bahkan dari SMP juga dah diajarin, cuma gak pernah dipraktekin langsung aja bro.. kelihatannya memang sepele, yang menjadi pokoknya adalah kepekaan terhadap masalah yang ada di sekitar, dan mampukah menjadi problem solver. kalau skill itu emang belum bisa, masih ada option lain yang bisa diperbuat untuk mewujudkan solusi.
So.. Bro buat elu yang ngerasa laki-laki, life skill dalam hal-hal kek gini itu dasar banget dan semua orang juga bisa melajarin bahkan dari SMP juga dah diajarin, cuma gak pernah dipraktekin langsung aja bro.. kelihatannya memang sepele, yang menjadi pokoknya adalah kepekaan terhadap masalah yang ada di sekitar, dan mampukah menjadi problem solver. kalau skill itu emang belum bisa, masih ada option lain yang bisa diperbuat untuk mewujudkan solusi.
ketidakpekaan yang berulang-ulang bisa menjadikan manusia menjadi benar-benar tidak peka terhadap lingkungannya, dan ketidakpekaan hanya akan mengantarkan pada matinya nurani. maka benar kata rasul orang yang paling baik adalah orang yang bermanfaat buat orang lain, dan bermanfaat itu dimulai dari kepekaan terhadap masalah..
Sore Semangat..
Sore Semangat..
Skill yang dikuasai, ketika terjun di lingkup rumah tangga atau masyarakat tentunya, akan sangat berguna.
ReplyDeleteKadang ketidakpedualian muncul karena takut di anggap sok pahlawan kesiangan, atau terlalu ikt campur urusan orang lain.