selama pulang kurang lebih satu minggu di rumah, ada pikiran yang menggelayut, "kalau di jogja, ngisi pengajian di sana sini, training, seminar, talkshow dan lain-lain pun juga sudah banyak. tapi di rumah kok belon pernah ngisi pengajian? ilmunya masa buat orang lain? keluarga sendiri kagak dapet?"
huft.. akhirnya beberapa hari sebelum pulang, menyempatkan diri untuk buat halaqah keluarga, minimal sepuluh menit atau dua puluh menit setelah maghrib. Hari itu saya sengaja tidak pergi shalat maghrib ke masjid deket rumah, hari ini shalat jama'ah magrib di rumah dengan semua anggota keluarga, ibu dan dua adik.
selesai shalat magrib, saya sengajakan untuk ngisi tausiah singkat, selebihnya dialog, dan curhat.
selama empat hari terakhir di rumah, kegiatan halaqah keluarga bisa jalan, ada banyak hal yang menjadi catatan dan harus diluruskan. pemahaman akidah menjadi catatan penting, kalau membahas aqidah dalam perkara ibadah, syahadat, itu sudah final. Namun memahamkan aqidah, ketika berjalan beriringan dengan kegiatan sehari-hari itu menjadi sebuah pekerjaan besar. misal dalam menuntut ilmu, memahamkan dalam tataran praktis bahwa Allah adalah sumber ilmu, dan kebenaran haqiqi adalah Allah swt. untuk ukuran adik-adikku yang masih SMA perlu treatment khusus. entah apa penyebabnya, sepertinya geliat dalam keberagamaan adik-adik belum begitu terlihat.
realitas yang pahit cukup harus aku hadapi, jatah waktu di rumah sudah habis. saatnya kembali ke jogja. Masih banyak hal yang belum tersampaikan di rumah. tapi yang cukup membahagiakan ada perubahan yang cepat dari beberapa hari halaqah keluarga berjalan. di hari awal, ada pertanyaan tentang "interaksi lawan jenis", masalah salaman dgn lawan jenis jadi catatan yang aku stressing. sehari berikutnya, saya lihat ibu mulai mengangkat tangan ketika teman-teman SMAku datang dan ngajak salaman sama ibu.
walaupun cuma sebentar di rumah, membagi ilmu itu juga penting, karena keluarga menjadi prioritas.
"bolehlah engkau dikenal orang sebagai orang yang cukup hebat, namun ingat!! tanggung jawab melindungi keluarga itu tetap menjadi prioritas.. siapapun, kapanpun, dan dimanapun."
huft.. akhirnya beberapa hari sebelum pulang, menyempatkan diri untuk buat halaqah keluarga, minimal sepuluh menit atau dua puluh menit setelah maghrib. Hari itu saya sengaja tidak pergi shalat maghrib ke masjid deket rumah, hari ini shalat jama'ah magrib di rumah dengan semua anggota keluarga, ibu dan dua adik.
selesai shalat magrib, saya sengajakan untuk ngisi tausiah singkat, selebihnya dialog, dan curhat.
selama empat hari terakhir di rumah, kegiatan halaqah keluarga bisa jalan, ada banyak hal yang menjadi catatan dan harus diluruskan. pemahaman akidah menjadi catatan penting, kalau membahas aqidah dalam perkara ibadah, syahadat, itu sudah final. Namun memahamkan aqidah, ketika berjalan beriringan dengan kegiatan sehari-hari itu menjadi sebuah pekerjaan besar. misal dalam menuntut ilmu, memahamkan dalam tataran praktis bahwa Allah adalah sumber ilmu, dan kebenaran haqiqi adalah Allah swt. untuk ukuran adik-adikku yang masih SMA perlu treatment khusus. entah apa penyebabnya, sepertinya geliat dalam keberagamaan adik-adik belum begitu terlihat.
realitas yang pahit cukup harus aku hadapi, jatah waktu di rumah sudah habis. saatnya kembali ke jogja. Masih banyak hal yang belum tersampaikan di rumah. tapi yang cukup membahagiakan ada perubahan yang cepat dari beberapa hari halaqah keluarga berjalan. di hari awal, ada pertanyaan tentang "interaksi lawan jenis", masalah salaman dgn lawan jenis jadi catatan yang aku stressing. sehari berikutnya, saya lihat ibu mulai mengangkat tangan ketika teman-teman SMAku datang dan ngajak salaman sama ibu.
walaupun cuma sebentar di rumah, membagi ilmu itu juga penting, karena keluarga menjadi prioritas.
"bolehlah engkau dikenal orang sebagai orang yang cukup hebat, namun ingat!! tanggung jawab melindungi keluarga itu tetap menjadi prioritas.. siapapun, kapanpun, dan dimanapun."
0 komentar:
Post a Comment