Jongkok di depan pintu belakang rumah, dengan seksama memperhatikan abah yang sedang begitu cekatan menguliti kambing yang sudah disembelih sebelumnya. Sekilas hanya terlihat seperti melepas kaos tebal berbulu dari badan kambing. Ya demikian salah satu pemandangan yang sering aku lihat dari masa kecil hingga waktu berpisah dengan Abah. Menyembelih dan menguliti kambing sendiri memang menjadi aktivitas yang tak asing di rumah kami. Kakek kami dulu merupakan penjual daging kambing, maka secara turun temurun, entah disengaja atau tidak, skill menyembelih dan menguliti binatang hampir dari setiap generasi ada beberapa orang yang cakap dalam bidang ini.
kembali ke beberapa masa silam, saat belajar praktek menguliti kambing pertama kali. saat itu aku masih duduk di bangku SMP. Kambing kecil menjadi bahan percobaan pengulitan. Hasilnya tidak terlalu buruk, hanya ada beberapa bagian kulit kambing yang berlubang terkena pisau. *hehe kena marah, itu pasti, abah memang mudah sekali marah, sama seperti orang arab-hadrami lainnya yang emosinya kadang tidak terkendali. *dan sepertinya sifat mudah marah dan meledak juga ada di diriku juga.. #hrrrrr
Kembali ke hari ini, hari terakhir dari hari tasyriq tahun ini. Total sudah ada 6 kambing yang sudah aku sembelih dan kuliti dengan tangan sendiri. Saat bakti sosial di gunung kelir, banyak dari bapak-bapak saya tegur agak cukup keras karena sembarangan menguliti kambing. Mulai dari salah motong, daging menempel terlalu banyak di kulit, hingga kulit berlubang. *haha ketahuan kalau emang mudah marah kalau ngelihat yang kurang bener.
Punya skill menyembelih itu penting lho, karena kita bisa memastikan bahwa sembelihan hewan yang akan kita makan benar-benar halal. Kita bisa memastikan sendiri bahwa kita telah mengucap 'bismillah' sebelum menyembelih hewan tersebut yang menjadikan prasyarat daging hewan bisa disebut halal. Ada kebiasaan menarik dari Abah ketika membeli ayam potong, dulu setiap ke penjual ayam dan pembubutan bulu ayam, abah selalu minta pedagangnya untuk menyembelih ayam tersebut dengan tangan sendiri. Suatu ketika, pedagang ayamnya lupa, ayamnya sudah dibeli abah disembelih oleh pedagangnya sendiri. Nah ujungnya, Abah ogah membayar dan menerima ayam tersebut dan meminta ganti ayam yang lain dan harus disembelih sendiri. Beberapa orang bilang hal tersebut 'lebay', tapi begitulah ijtihad abah untuk berhati-hati. Sama juga beberapa orang yang ketika membeli sesuatu produk selalu memastikan produk tersebut ada label halal MUI-nya, banyak yang bilang mereka juga 'lebay'. #ahsudahlah bukankah berhati-hati itu lebih baik?
Semoga Allah melindungi dan mengistiqomahkan kita untuk menjaga apa yang masuk dalam tubuh kita..
#yaumuljumuahmubarak
kembali ke beberapa masa silam, saat belajar praktek menguliti kambing pertama kali. saat itu aku masih duduk di bangku SMP. Kambing kecil menjadi bahan percobaan pengulitan. Hasilnya tidak terlalu buruk, hanya ada beberapa bagian kulit kambing yang berlubang terkena pisau. *hehe kena marah, itu pasti, abah memang mudah sekali marah, sama seperti orang arab-hadrami lainnya yang emosinya kadang tidak terkendali. *dan sepertinya sifat mudah marah dan meledak juga ada di diriku juga.. #hrrrrr
Kembali ke hari ini, hari terakhir dari hari tasyriq tahun ini. Total sudah ada 6 kambing yang sudah aku sembelih dan kuliti dengan tangan sendiri. Saat bakti sosial di gunung kelir, banyak dari bapak-bapak saya tegur agak cukup keras karena sembarangan menguliti kambing. Mulai dari salah motong, daging menempel terlalu banyak di kulit, hingga kulit berlubang. *haha ketahuan kalau emang mudah marah kalau ngelihat yang kurang bener.
Punya skill menyembelih itu penting lho, karena kita bisa memastikan bahwa sembelihan hewan yang akan kita makan benar-benar halal. Kita bisa memastikan sendiri bahwa kita telah mengucap 'bismillah' sebelum menyembelih hewan tersebut yang menjadikan prasyarat daging hewan bisa disebut halal. Ada kebiasaan menarik dari Abah ketika membeli ayam potong, dulu setiap ke penjual ayam dan pembubutan bulu ayam, abah selalu minta pedagangnya untuk menyembelih ayam tersebut dengan tangan sendiri. Suatu ketika, pedagang ayamnya lupa, ayamnya sudah dibeli abah disembelih oleh pedagangnya sendiri. Nah ujungnya, Abah ogah membayar dan menerima ayam tersebut dan meminta ganti ayam yang lain dan harus disembelih sendiri. Beberapa orang bilang hal tersebut 'lebay', tapi begitulah ijtihad abah untuk berhati-hati. Sama juga beberapa orang yang ketika membeli sesuatu produk selalu memastikan produk tersebut ada label halal MUI-nya, banyak yang bilang mereka juga 'lebay'. #ahsudahlah bukankah berhati-hati itu lebih baik?
Semoga Allah melindungi dan mengistiqomahkan kita untuk menjaga apa yang masuk dalam tubuh kita..
#yaumuljumuahmubarak
Semangat posting bro
ReplyDelete