Telah wafat salah satu ulama besar al-Ustadz al-Hafidz al-Faqih al-'Alim al-Alamah asy-Syaikh Wahbah az-Zuhaili. Satu ulama Tafsir, Fiqh, dan Syariah yang diakui seluruh dunia Islam. Karyanya dipelajari dan diajarkan di seluruh universitas dan ma'had di dunia ketika mempelajari fiqh, karena beliau adalah ulama otoritatif dalam bidang fiqh dan madzahib.
Ada satu pengalaman menarik ketika beliau datang ke Indonesia dan berkunjung dari satu daerah ke daerah yang lain, ketika itu beliau berkenan datang ke Indonesia atas usaha KH. Hasyim Musyadi. Bertepatan dengan kedatangan beliau, di Indonesia juga sedang diselenggarakan Konferensi Universitas Islam Seluruh Dunia (mu’tamar jamiat al-islamiyyah al-‘alamiyah) yang diadakan di Gontor. Ketika konferensi sedang berlangsung, dikabarkan Syaikh Wahbah akan mampir sejenak ke konferensi tersebut dari agenda safarnya di Pulau jawa. Ketika itu konferensi sedang memasuki sesi panel dengan pembicara asatidzah dari univ al-Azhar, univ Islam Madinah, dan univ al-Iman Yaman; Syaikh Wahbah memasuki ruangan, seketika itu juga seluruh pembicara turun dari atas panggung utama konferensi untuk memberikan salam hormat kepada guru besar nan agung Syaikh Wahbah az-Zuhaili. Setelah itu tidak ada pembicara yang mau naik ke atas panggung untuk melanjutkan sessi konferensi, karena ada Syaikh Wahbah di ruangan itu. Begitulah adab terhadap seorang guru terhadap guru dari berbagai guru. Pada akhirnya Syaikh Wahbah menyampaikan pesan dan nasihat di forum tersebut sendirian di atas panggung, sedangkan asatidzah yang lain di bawah mendengarkan dengan seksama. Ini pemandangan menarik, karena melihat asatidzah yang merupakan guru besar dari masing-masing universitas islam menunjukkan adabnya sebagai thalib terhadap sang guru dari guru, Syaikh Wahbah az-Zuhaili.
Perkenalan dengan karya Syaikh Wahbah
Perkenalan saya dengan karya syaikh Wahbah az-Zuhaili adalah ketika pertama kali guru kami di ma’had memperkenalkan nama syaikh Wahbah az-Zuhaili ketika menjelaskan bagaimana kesungguhan belajar ulama’ kita dari dulu hingga sekarang, hingga nama dan karyanya masih hidup sampai hari ini. Guru kami mencontohkan dengan apa yang dilakukan Syaikh Wahbah yang setiap harinya mengulang ilmu yang sudah dia kuasai. 15 jam Syaikh Wahbah menghabiskan untuk muraja’ah, membaca, dan menulis.
Karya yang pertama kali saya sentuh dari Syaikh Wahbah adalah Mausu’ah al-Qur’aniyyah. Buku ini sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh salah satu penerbit buku islam. Pun diikuti terbitnya terjemahan karya beliau yang diakui dan dipakai di seluruh dunia, al-fiqh al-islamiy wa adillatuhu.
Persentuhan intensif lebih dengan karya syaikh Wahbah az-Zuhaili adalah ketika saya dimintai bantuan guru kami untuk membantu menyunting terjemahan tafsir al-Munir jilid 1, membandingkan teks asli berbahasa Arab dan terjemahannya, serta mengoreksi kesalahan terjemah versi Indonesianya. Halaman yang saya baca pertama kali waktu itu adalah kata pengantarnya, dan di situlah saya mulai kagum dengan gaya bahasa syaikh Wahbah dalam menyampaikan sesuatu dalam bahasa tulisnya. Rasa bahasa, gaya sastra, dan kedalaman maknanya menarik untuk diikuti.
Dari ketertarikan itu saya ditugaskan guru kami untuk mencari seluruh karya Syaikh Wahbah az-Zuhaili di semua bidang yang pernah beliau tulis. Hasil berburu karya beliau menemukan titik terang, saya mendapatkan kitab sebagai berikut:
1. Tafsir al-wajiz, 1 jilid
2. Tafsir al-Wasith, 3 jilid
3. Tafsir al-Munir, 17 jilid
4. Al-Wajiz fi Ushul fiqh, 1 jilid
5. Ushul Fiqh al-Islamiy, 2 Jilid
6. Al-Fiqh al-Islamiy wa Adillatuhu, 8 jilid
7. Sa’id ibn Musayyab, sayyidu at-tabi’in, 1 jilid
8. Adz-dzara’i’ fi as-siyasah asy-syar’iyyah wa al-Fiqh al-Islamiy, 1 jilid
Semuanya berbentuk e-book, terima kasih pada orang yang dengan sabar melakukan scanning kitab tersebut, karena kalau semua jilid kitab itu dijejer, panjangnya lebih dari tiga meter. Beberapa judul kitab lainnya tidak saya temukan dari pencarian tersebut, mungkin karena memang tak tersedia dalam format e-book.
Semua kitab di atas adalah rujukan yang saya pakai ketika ditanya beberapa hal tentang perkara dalam islam, terutama tentang masalah fiqh. Dalam hal ini yg paling sering saya rujuk adalah kitab al-Fiqh al-Islamiy wa Adillatuhu.
Kekaguman saya terhadap syaikh Wahbah az-Zuhaili bertambah satu point lagi kalau melihat karya-karyanya. Beliau dengan begitu cerdasnya menulis kitab berdasarkan tingkat kemudahan dalam memahaminya. Misalnya dalam bidang tafsir, beliau menulis tiga seri tafsir, tafsir al-wajiz, tafsir al-wasith, dan tafsir al-munir. Tafsir al-wajiz adalah tafsir singkat yang ditulis dengan bahasa yang sederhana dan bisa dipahami orang awam sekalipun. Tafsir al-Wasith adalah tafsir pertengahan yang bisa dipahami orang yang tidak belajar ilmu pendukung tafsir. Al-Wasith disusun dari hasil ceramah beliau di radio di damaskus selama ini. Tafsir ketiga adalah tafsir al-Munir, tafsir ini adalah tafsir terlengkap yang ditulis oleh Syaikh wahbah.
Nasihat Syaikh Wahbah ketika peperangan terjadi di Syiria
Peperangan yang terjadi di suriah antara Bashar Asad dan pendukungnya adalah sesuatu yang disayangkan oleh Syaikh wahbah. Satu hal yang disayangkan dari peperangan ini adalah terhentinya kegiatan keilmuan di Suriah pada umumnya, padahal banyak guru dan tempat belajar yang bersanad ilmu sampai pada rasulullah tergelar di negeri ini. Terhentinya kegiatan keilmuan ini akan berdampak besar di masa depan, ketika regenerasi ulama terhenti.
Siang tadi, saya mengabarkan pada guru yang mengenalkan saya pada karya Syaikh Wahbah Zuhaili,
“Ustadz, sudah tahu kabar tentang syaikh wahbah Zuhaili?”
“kenapa?”
“Syaikh Wahbah meninggal dunia”
“innalillahi wa inna ilaihi raji’un” seketika itu juga raut air muka guru kami berubah menjadi sedih. Guru kami tiba-tiba berbalik badan membelakangi kami. Ketika membalikkan badan sekali lagi ke hadapan kami, warna mata guru kami memerah dan air mata mengalir tak terbendung. Ya, kita kehilangan seorang ulama’ cerdik nan cendekia. Bagi siapa saja yang pernah berinteraksi dengan beliau baik bertemu langsung, belajar dari murid-murid beliau, maupun dari kitab yang pernah ditulisnya tentu merasa sangat kehilangan.
Allah mengangkat ilmu dari dunia dengan mewafatkan ulama’, selamat jalan syaikh wahbah zuhaili, semoga Allah mengangkat derajatmu dan menempatkanmu di tempat terbaik di jannahNya.
Yogyakarta, 9 Agustus 2015
Achmad Fahmi Basyaiban
0 komentar:
Post a Comment