Setelah dua puluh tahun Allah lebihkan padanya seluruh potensi kebaikan untuk beribadah dan seluruh kelebihan dalam ukuran manusia. Dia seorang yang punya perawakan fisik sempurna, seorang nabi, pengusaha kaya, memiliki pertanian subur, memiliki peternakan yang luas, dia menjadi raja bagi kaumnya, istri yang memenuhi semua ukuran kebaikan, dan anak-anak yang cerdas dan kuat.
Semuanya diambil dalam sebuah ujian yang diberikan tuhannya dalam hitungan hari, pertaniannya rusak karena badai, ternaknya mati, rumahnya terbakar; semua hartanya habis, anaknya meninggal semua, dia terkena penyakit kusta yang mengeluarkan bau busuk, dan terusir dari kaumnya sendiri. Yang tersisa darinya hanya sang istri yang masih setia menemaninya.
Terbuat dari apa hati nabi Ayub? Hingga dia pun malu untuk meminta pada tuhannya setelah semua cobaan itu. "Wahai nabi Ayub, engkau ini seorang nabi yang didengar Allah. Berdoalah pada tuhanmu agar menyembuhkanmu dan memperbaiki keadaan ini" tanya sang istri. "Aku malu dengan Tuhanku, aku sudah diberi berbagai macam kelebihan selama dua puluh tahun. Hanya dengan cobaan beberapa hari saja aku masih malu untuk berdoa" jawab nabi Ayub.
Dan dia memilih untuk bersabar dalam waktu yang tidak pendek. Dua puluh tahun dia bersabar dan bersahabat dengan penyakit yang dikirim Tuhannya sambil terus memuja tuhannya.
Terbuat dari apa hati nabi Ayub?
Setelah dua puluh tahun menunggu, tiada keraguan sedikitpun pada hatinya tentang Maha Penyayangnya Allah pada dirinya.
Terbuat dari apa hati nabi Ayub?
Dia tidak pernah berkeluh kesah "Ya Tuhan kami kenapa ini terjadi padaku" atau kalimat sejenis. Tepat di hari dua puluh tahun masa tunggunya, dia berdoa pendek tanpa mengeluh sedikitpun tentang ujian yang dia alami dan tentang perlakuan Allah padanya.
وَأَيُّوبَ إِذۡ نَادَىٰ رَبَّهُۥٓ أَنِّي مَسَّنِيَ ٱلضُّرُّ وَأَنتَ أَرۡحَمُ ٱلرَّٰحِمِينَ Ingatlah kisah Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya: "(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang"
Allah pun mendengar doa dari nabi Ayub dan mengangkat semua penyakitnya, memperbaiki keadaannya menjadi seperti muda kembali, menganugerahkan kembali padanya anak-anak yang kuat dan cerdas, melipatgandakan perbendaharaan harta dan pertaniannya.
Terbuat dari apa hati nabi Ayub?
Ia terbuat dari keimanan yang lurus, keyakinan akan janji Allah yang tidak akan pernah menyia-yiakan hambanya yang beriman, dan keyakinan bahwa ujian dari Rabb Maha Penyayang adalah untuk sebuah kebaikan yang lebih besar untuknya.
Adakah kita tidak cemburu dengan nabi Ayub, kisah sikap dan pribadinya diabadikan hingga hari ini bahkan sampai kiamat datang. Allah tuliskan dalam kitab suci-Nya agar jadi pelajaran bagi orang-orang beriman.
Semoga Allah karuniakan orang-orang yang beriman hati sekuat dan setegar nabi Ayub yang selalu menjaga prasangka baik Rabbnya ketika diberi ujian. "Teruslah bekerja dengan suka cita, jagalah semangat, dan berjuanglah sampai akhir"
@fahmi.basyaiban
05 03 2017
Dia tidak pernah berkeluh kesah "Ya Tuhan kami kenapa ini terjadi padaku" atau kalimat sejenis. Tepat di hari dua puluh tahun masa tunggunya, dia berdoa pendek tanpa mengeluh sedikitpun tentang ujian yang dia alami dan tentang perlakuan Allah padanya.
وَأَيُّوبَ إِذۡ نَادَىٰ رَبَّهُۥٓ أَنِّي مَسَّنِيَ ٱلضُّرُّ وَأَنتَ أَرۡحَمُ ٱلرَّٰحِمِينَ Ingatlah kisah Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya: "(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang"
Allah pun mendengar doa dari nabi Ayub dan mengangkat semua penyakitnya, memperbaiki keadaannya menjadi seperti muda kembali, menganugerahkan kembali padanya anak-anak yang kuat dan cerdas, melipatgandakan perbendaharaan harta dan pertaniannya.
Terbuat dari apa hati nabi Ayub?
Ia terbuat dari keimanan yang lurus, keyakinan akan janji Allah yang tidak akan pernah menyia-yiakan hambanya yang beriman, dan keyakinan bahwa ujian dari Rabb Maha Penyayang adalah untuk sebuah kebaikan yang lebih besar untuknya.
Adakah kita tidak cemburu dengan nabi Ayub, kisah sikap dan pribadinya diabadikan hingga hari ini bahkan sampai kiamat datang. Allah tuliskan dalam kitab suci-Nya agar jadi pelajaran bagi orang-orang beriman.
Semoga Allah karuniakan orang-orang yang beriman hati sekuat dan setegar nabi Ayub yang selalu menjaga prasangka baik Rabbnya ketika diberi ujian. "Teruslah bekerja dengan suka cita, jagalah semangat, dan berjuanglah sampai akhir"
@fahmi.basyaiban
05 03 2017
0 komentar:
Post a Comment